

JEMBER - Memiliki bagian tubuh dengan ukuran ekstra ternyata tidak selamanya membanggakan. Seperti dialami Faris (17), yang memiliki ukuran telapak kaki dengan nomor 49. Bisa dibayangkan, ukuran itu selevel dengan telapak kaki pemain basket sekelas NBA.
Pemilik nama asli Muhammad Fajar Firdaus, warga Desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji, Jember, Jawa Timur ini, mengaku kerepotan dengan ukuran kakinya yang tidak lazim itu. Sampai-sampai untuk membeli sepatu seukurannya, dia harus menjelajahi toko sepatu seantero Jember. Keluarganya bahkan bergerilya hingga ke Surabaya. Sayang, hasilnya mengecewakan alias nihil.
Dengan ukuran telapak kaki itu, Fariz kini putus sekolah sejak Kelas 2 SMP Rambipuji, Jember. "Saya malu, karena memakai sandal jepit. Sudah coba beli sepatu tapi semuanya tidak cukup," kata Fariz, Senin (9/3/2009).
Saat mengenakan sandal jepit pun, kakinya tetap saja tidak muat. Padahal sandal jepit itu ukuran terbesar yakni 12. Faris, sebenarnya memiliki tinggi badan 180 sentimeter dan sepertinya layak menjadi atlet basket profesional. Namun, kegemaran olah raga, tidak pernah dia miliki hingga sekarang.
Fatonah, Ibu Faris menuturkan, sejak kelahiran putera sulungnya, ukuran kakinya memang sudah super jumbo. Namun, keluarga tak sedikit pun mempermasalahkan karena pertumbuhan badan yang lain terbilang normal.
"Sejak bayi, Faris sudah memakai sepatu ukuran anak TK," kata istri pasangan Wahid ini. Dia menambahkan, agar anaknya mau kembali sekolah, dia sudah menemukan jalan keluarnya. Kini keluarga tidak harus mencari sepatu ukuran besar di toko-toko atau sampai memesannya berminggu-minggu. Cukup dengan bertandang dengan ke bengkel sepatu milik Karang Taruna Putra Bangsa.
"Kami akhirnya pesan sepatu ukuran 49 di sana, cara membuatnya memang manual dan mudah-mudahan cepat jadi dan Faris kembali sekolah," katanya.
Sedangkan penggarap sepatu ukuran ekstra itu, Bambang mengatakan, dirinya baru kali ini mengerjakan sepatu ukuran besar. Dia kemudian memilihkan bahan kain dan bentuk ukuran sepatu kets agar nyaman dan tidak panas saat dipakai Faris untuk sekolah kelak.
"Ini pertama kali membuat sepatu besar yang ukurannya dua kali ukuran sepatu orang dewas normal. Ya mungkin dua hari lagi sudah jadi," kata Bambang. Dia berharap, dengan sepatu itu, Faris mau kembali bersekolah untuk melanjutkan ke jenjang SMA. Dan tentu saja dia berharap jika sepatu itu sudah soak, maka bisa kembali memesan sepatu ke bengkelnya. (P Juliatmoko/Sindo/ded)
Dede 'Manusia Akar' Batal Pulang Hari Ini

Minggu, 22 Februari 2009 - 08:08 wib
JAKARTA - Kabar akan dipulangkannya Dede atau yang dijuluki Manusia Akar dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung hari ini terpaksa batal. Pasalnya, Dede harus menjalani beberapa tahapan pengobatan.
Ketua Tim pengobatan Dede yang juga dokter spesialis bedah RSHS Rahmat Dinata mengatakan, Dede tidak bisa pu
lang hari ini karena harus diberikan obat khusus untuk memberikan kekebalan terhadap tubuhnya.
"Dia tidak bisa pulang hari ini, mungkin baru hari Selasa kami perbolehkan pulang," ujar Rahmat saat dikonfirmasi okezone per telepon, Minggu (22/2/2009).
Kendati akan segera diperbolehkan pulang, kutil yang ada pada tubuh warga Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat ini belum 100 persen hilang. Dede pun akan kembali menjalani operasi dalam waktu yang ditentukan.
"Kutil Dede belum semuanya hilang. Di bagian kaki masih banyak dan belum dihilangkan," tandasnya.
sumber: www.okezone.com
Aneh, Bocah di Bantul Disunat Jin
Selasa, 10 Maret 2009 - 15:34 wib
BANTUL - Dalam kurun waktu seminggu ini, warga Dusun Tegal Kopen, Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta digemparkan dengan kabar bocah usia dua tahun disunat jin.

Kejadian aneh ini terjadi pada Sabtu, 28 Februari, saat anak berusia dua tahun bernama Muh Risky Afrizali diketahui alat kelaminnya seperti orang baru saja disunat oleh ibunya Yulianti.
Menurut Yulianti, kejadian itu berawal saat anaknya ingin buang air kecil sekira pukul 02.00 WIB. Usai buang air kecil anaknya kembali tidur. Sekira pukul 06.00 WIB anaknya terbangun dan meminta diantar ke kamar mandi. Saat akan kencing, Risky merasakan sakit pada alat kelamin bahkan sempat menangis. "Saat saya lihat, kelamin anak saya bentuknya seperti sudah disunat," katanya ketika ditemui di rumahnya, Selasa (10/3/2009).
Melihat keadaan alat kelamin anaknya seperti itu, Yulianti lantas memanggil para tetangga dan menanyakan tentang kejadian aneh tersebut. "Menurut tetangga, anak saya disunat jin," terangnya Berhubung sakitnya tidak hilang, Yulianti membawa anaknya ke dokter yang tak jauh dari rumahnya.
Namun dari hasil pemeriksaan, dokter mengatakan jika alat kelamin Risky tidak ada masalah. "Baru sekita pukul 15.00 WIB, alat kelamin anak saya kembali normal setelah keluarga membuat sesajian," pungkasnya. (Daru Waskita/Trijaya/ram)
sumber: www.okezone.com
Sapi Kepala Dua "Si Mulud" Meregang Nyawa
Selasa, 10 Maret 2009 - 07:33 wib
BLITAR - Anak sapi berkepala ganda yang sempat menggemparkan warga Blitar, Jawa Timur, Senin kemarin, ternyata tidak berumur panjang. Setelah sehari menjadi tontotan ratusan warga, sapi betina jenis limousine yang diberi nama si Mulud itu akhirnya mati.
Menurut keterangan Sukardi (37), sang pemilik, diduga penyebab kematian sapi yang memiliki dua batok kepala dan empat mata itu akibat sulitnya makan. Susu yang diberikan Sukardi dalam botol bayi manusia itu, tidak mampu memenuhi standar kebutuhan Si Mulud."Sekira pukul 19.30 WIB, setelah jantungnya berdetak kencang, si Mulud meninggal. Mungkin karena jumlah susunya kurang. Umumnya sapi yang baru lahir minum susu induknya minimal 3 liter/hari. Tapi karena si Mulud ini belum bisa berdiri, dia harus dibantu untuk minum. Dan jumlahnya tak sampai 3 liter," ujar warga Desa Kotes Kecamatan Gandusari ini Selasa (10/3/2009).
Yang memprihatinkan, sambung dia, si Mulud sempat ditawar oleh seseorang yang mengaku bukan orang jauh. Hanya saja, sang penawar belum sampai membuka harga. Karena harga jual sapi lahir usia sehari pada umumnya Rp3 juta.
Rencananya, Selasa pagi ini jasad sapi kepala dua yang sempat membuat heboh ini akan dikuburkan.(Solichan Arif/Sindo/ded)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar